Setelah Copa América yang Mengecewakan, Brazil
Setelah Copa Ini adalah hukum sepakbola. Ketika sebuah tim gagal memenuhi ekspektasi, pemain terbaik adalah mereka yang tidak berada di lapangan. Dan, ketika Brasil tersingkir dari Copa America dengan kecewa, hal itu menjadikan Neymar salah satu pemenang turnamen tersebut.
Memang benar Brasil tidak terkalahkan di fase grub Copa America , namun satu kemenangan dalam empat pertandingan menceritakan kisah tersendiri. Pelatih baru Dorival Junior membanggakan para pemain mudanya, salah satunya Vinicius Junior.
Meskipun demikian, Dorival mengakui bahwa pencetak gol terbanyak sepanjang masa timnas Brazil, Neymar masih memiliki kontribusi besar yang bisa diberikan setelah ia pulih sepenuhnya dari cedera terbarunya.
Penyerang andalan Al- Ittihad tersebut diketahui tidak pernah bermain setelah mengalami cedera saat membela timnas brazil di era Tite saat melawan Uruguay di kualifikasi Piala Dunia Oktober lalu.
Saat itu, ia turun dari posisi bertahan untuk mengontrol permainan. Mantan pelatih Brasil Tite menyebut Neymar sebagai busur dan anak panah yang mengontrol permainan dan mencetak gol.
Meskipun memiliki kemampuan di atas rata-rata, Neymar saat ini sudah berusia 33 tahun sehingga banyak publik yang beranggapan Neymar sudah tidak bisa berbuat banyak untuk timnas Brazil. Talenta mudah seperti Vinicius di yakini bisa menjadi opsi lini serang tim samba IDCJOKER.
Lini Pertahanan Brazil Menjadi Masalah Utama Kegagalan di Copa America
Salah aspek terburuk dari performa Brasil di Copa America adalah sektor pertahanan yang mudah di tembus. Dalam dua laga terakhirnya menghadapi lawan kuat seperti Kolombia dan Uruguay – mereka tampak tak mampu menguasai bola dengan baik, dan sebaliknya malah mengandalkan tembakan jarak jauh.
Dorival sepertinya akan mempertimbangkan untuk memanggil kembali sang gelandang bertahan Casemiro, pengalamannya yang tenang mungkin bisa memenangkan tim saat dilanda kepanikan. Bruno Guimaraes dianggap tidak memanfaatkan peluang dan mengkordinir lini tengah dengan baik. Pemain Newcastle United itu tidak mampu mengendalikan permainan, menempatkan dia dalam trio tengah bersama Joa Gomez sepertinya tidak masuk akal.
Setelah Copa Publik Brazil Masih Meragukan Dorival
Ketika Brasil mulai menunjuk pelatih baru tujuan awalnya adalah Carlo Ancelotti. Namun, Dorival dipandang sebagai solusi terbaik bagi timnas saat ini. Dia telah mewujudkan impian setiap pelatih internasional: sesi latihan panjang dengan para pemainnya. Namun pada akhirnya, keroposnya lini pertahanan Brazil tampak seperti kegagalan besar.
Jika Dorival tidak memenuhi ekspektasi secara taktik, hal yang sama berlaku untuk kontribusinya terhadap pendekatan mental tim. Setiap pelatih mempunyai tiga tugas utama: memilih tim, menentukan strategi, dan mengatur suasana emosional. Pelatih baru diharapkan bisa memberikan efek menenangkan.
Sebaliknya, dia sepertinya merasakan tekanan sejak awal. Keputusan untuk memainkan Vinicius saat berhadapan dengan tim lawan yang jauh kualitasnya pada pertandingan grup di anggap sebuah kesalahan. Akibatnya pemain berposisi penyerang itu menerima kartu kuning, dan memaksanya melewatkan perempat final yang menentukan.
Publik sepak bola Brazil juga sulit melupakan kelakuan Dorival di pinggir lapangan saat ia melambaikan tangan dan mengkritik wasit. Tidak masalah apakah dia punya kasus atau tidak; ini adalah perilaku yang tidak dibutuhkan oleh tim Brasil yang gugup dan pelatih mereka yang panik.
Bukan hanya itu saja Dorival juga diejek karena aksinya sebelum tendangan penalti melawan Uruguay saat dia keluar dari skuad. Ini tidak sopan, dia bukan orang yang rendah hati. Di kutip dari ESPN.