Man City Didakwa 115 Pelanggaran FFP

Man City Didakwa 115 Pelanggaran FFP, Inggris Juga Bakal Kena Dampak Buruknya

Man City Didakwa 115 Pelanggaran FFP, Inggris Juga Bakal Kena Dampak Buruknya – Meski baru saja merayakan keberhasilan mencetak sejarah dengan meraih gelar juara Liga Inggris 2023-2024 untuk keempat kalinya secara beruntun, Manchester City tidak dapat berleha-leha. 

 

Sebuah bayangan gelap menghantuinya dalam bentuk 115 dakwaan pelanggaran aturan Financial Fair Play (FFP) yang masih mengambang.

 

Kemenangan 3-1 atas West Ham United pada pekan terakhir memang memastikan skuat asuhan Pep Guardiola untuk tetap bertahta di puncak klasemen MPOID dengan raihan 91 poin, unggul 2 angka dari Arsenal di peringkat kedua. 

 

Namun, pencapaian membanggakan tersebut dapat ternodai oleh hukuman berat yang mengancam jika dakwaan pelanggaran FFP terbukti.

 

Sejauh ini, sudah ada dua klub di Liga Inggris, Everton dan Nottingham Forest, yang mendapat hukuman pengurangan poin lantaran melanggar peraturan yang ditetapkan oleh Premier League. 

 

Hal ini menunjukkan bahwa badan pengatur kompetisi tidak main-main dalam menegakkan aturan tersebut.

 

Jika dakwaan terhadap Manchester City terbukti dan mereka mendapat hukuman serupa atau bahkan lebih berat, maka hal tersebut tidak hanya akan merugikan klub.

 

 Tetapi juga mengguncang reputasi sepakbola Inggris secara keseluruhan.

 

Negara Inggris bisa dilanda ketakutan bahwa kompetisi teratasnya akan dihantui masalah kredibilitas jika salah satu klub besarnya terbukti melakukan pelanggaran besar.

 

Dengan status Manchester City sebagai salah satu kekuatan utama Liga Inggris dan peran pentingnya dalam meningkatkan daya saing kompetisi, hukuman berat yang dijatuhkan berpotensi mengguncang fondasi kompetisi tersebut. 

 

Hal ini dapat membuat publik sepakbola dunia mempertanyakan integritas dan kehormatan kompetisi sepakbola utama di Inggris.

 

Dua tim telah menerima hukuman karena melanggar aturan Profit & Sustainability (PSR), namun Manchester City belum juga dijatuhi sanksi. 

 

Hingga kini, belum ada tanggal resmi untuk persidangan Man City, sementara klub tersebut terus membantah dakwaan yang dilayangkan kepada mereka. 

 

Dalam situasi penyelidikan yang masih belum menemukan kejelasan, muncul fakta baru yang diungkap oleh The Athletic. 

 

Laporan tersebut menyebutkan adanya campur tangan dari pemerintah Inggris yang telah membahas kasus ini dengan Uni Emirat Arab. 

 

Pemerintah Inggris mengakui bahwa kedutaan besar mereka di Abu Dhabi telah mengadakan diskusi mengenai 115 dakwaan yang diajukan oleh Premier League terhadap Man City. 

 

Meski demikian, pemerintah menolak untuk mengungkapkan rincian korespondensi tersebut demi menjaga hubungan diplomatik antara Inggris dan Uni Emirat Arab. 

 

Perlu diketahui bahwa keberhasilan The Citizens menjadi salah satu klub elite di Liga Inggris tidak lepas dari peran Abu Dhabi Group milik Sheikh Mansour.

 

Transformasi Manchester City menjadi salah satu kekuatan sepakbola Inggris dan Eropa tidak terlepas dari akuisisi kepemilikan klub oleh Sheikh Mansour pada musim 2008-2009. 

 

Sejak saat itu, pasokan dana besar dari Sheikh Mansour yang merupakan anggota keluarga kerajaan UEA telah memungkinkan City untuk menjelma menjadi klub yang disegani.

 

Namun, di balik kesuksesan City, bayang-bayang masalah pelanggaran aturan FFP kini mengancam. 

 

Permasalahan ini tidak hanya terbatas pada ranah sepakbola semata, tetapi juga berpotensi meluas hingga ranah politik antara Inggris dan UEA mengingat hubungan bilateral yang terjalin di antara kedua negara tersebut.

 

Kedutaan Besar UEA di Inggris sendiri berkantor pusat di London, menandakan kedekatan hubungan kedua negara.

 

Lebih jauh lagi, Inggris memainkan peran penting dalam pembentukan UEA sebagai sebuah negara. 

 

Selain itu, kedua negara juga menjalin kemitraan menguntungkan dan bersejarah di bidang penegakan hukum, pertahanan, pelatihan, dan teknologi militer.

 

Hubungan erat ini tercermin dalam penandatanganan perjanjian baru-baru ini untuk bekerja sama dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir milik UEA di masa depan. 

 

Tak hanya itu, Inggris dan UEA juga telah membuka jalur kerja sama dalam Perjanjian Perdagangan Bebas Dewan Kerja Sama Teluk.

 

Namun, hubungan baik ini berpotensi terganggu jika skandal pelanggaran FFP oleh Manchester City berujung pada hukuman berat dari Premier League. 

 

Badan sepakbola Inggris dikabarkan telah menyiapkan opsi hukuman pengurangan poin hingga 30 angka di awal musim mendatang dan bahkan kemungkinan pengeluaran keanggotaan yang memaksa City terdegradasi ke Divisi Championship.

 

Lebih lanjut lagi, jika tuduhan mengenai pelanggaran pembukuan keuangan oleh Sheikh Mansour terbukti, maka hal ini dapat berujung pada pemecatan dirinya sebagai pemilik Manchester City. 

 

Tentu saja hal ini bisa memicu reaksi keras dari pihak UEA MPOID dan berpotensi mengganggu hubungan bilateral dengan Inggris yang selama ini terjalin dengan baik.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *