David Moyes Masih Haus Prestasi di Dunia Sepak Bola
David Moyes, yang telah membangun karier luar biasa di dunia manajemen sepak bola, belum MPO08 berniat untuk pensiun. Dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan BBC Sport, pelatih berusia 61 tahun ini menegaskan bahwa meski ia menikmati masa istirahatnya, ia tidak merasa waktunya telah habis. Meskipun demikian, Moyes mengungkapkan bahwa ia akan memilih langkah selanjutnya dengan hati-hati, memastikan bahwa pilihan yang ia ambil akan membawa pengalaman yang positif. Moyes menyatakan bahwa dia masih merasa dirinya belum mencapai tahap akhir dalam kariernya. Dia menekankan bahwa dia tidak ingin terjebak dalam situasi sulit, seperti berjuang untuk menghindari degradasi, yang sudah beberapa kali dia alami sepanjang perjalanan karier manajerialnya. Dengan kata lain, Moyes ingin terus berkembang dan tidak ingin terjebak dalam kesulitan yang bisa menurunkan reputasi atau kemajuan tim yang dia latih.
Juara Eropa, Tapi Kisah Moyes Masih Belum Tuntas
Sebagai salah satu manajer yang paling berpengalaman dalam sejarah Liga Premier, Moyes telah mencapai tonggak impresif 697 pertandingan sebagai manajer Liga Primer. Pencapaian ini hanya kalah dari dua nama besar, Arsene Wenger (828 pertandingan) dan Sir Alex Ferguson (810 pertandingan). Menariknya, sepanjang kariernya, Moyes telah mengumpulkan 1.150 pertandingan di semua kompetisi, dimulai dengan tugas pertamanya di Preston North End, kemudian melanjutkan perjalanan manajerialnya ke Everton pada 2002. Selama periode tersebut, ia sukses membangun reputasi sebagai pelatih yang tangguh dan cerdik dalam mengelola tim.
Namun, perjalanan Moyes tidak berhenti di Everton. Ia juga pernah melatih di beberapa klub besar, termasuk Manchester United, Real Sociedad, Sunderland, dan dua periode di West Ham United. Di klub-klub tersebut, ia menghadapi berbagai tantangan, dari berada di klub elit seperti Manchester United hingga berjuang untuk memperbaiki tim yang sedang terpuruk, seperti yang ia lakukan di Sunderland dan West Ham. David Moyes Masih Haus
Pada periode keduanya di West Ham, Moyes berhasil membawa klub meraih gelar Liga Konferensi Eropa pada musim 2022-2023, meski diiringi dengan statistik yang cukup beragam dengan kemenangan 103 dari 231 pertandingan dan persentase kemenangan sebesar 44,59%. Angka ini hanya sedikit lebih tinggi dari masa jabatannya di Manchester United dan Preston North End.
Moyes Nikmati Istirahat, Tapi Darah Sepak Bola Masih Mengalir
Meski telah melalui pengalaman panjang, Moyes merasa saat ini lebih menikmati waktu istirahatnya. Kendati demikian, ia menegaskan bahwa ia tidak ingin terjebak dalam situasi yang terlalu sulit. Hal ini juga mencerminkan sikap bijaknya terhadap situasi di mana klub-klub sering kali mengubah manajer dalam waktu singkat, tanpa memberi mereka kesempatan untuk berkembang.
Moyes sendiri pernah merasakan tekanan ini ketika ditunjuk sebagai manajer Manchester United pada 2013, hanya untuk berakhir dengan pemecatan setelah kurang dari satu musim. Kepergiannya menandai periode yang penuh perubahan bagi United, yang sejak saat itu telah mengganti manajer sebanyak sembilan kali, termasuk pelatih sementara.
Situasi yang dihadapi Moyes di Manchester United kini tampaknya mengingatkan kita pada tantangan yang sedang dihadapi oleh Julen Lopetegui di West Ham. Meskipun telah membawa West Ham meraih gelar Eropa, performa klub di bawah Lopetegui tidak dapat dipungkiri sedang menurun. Saat ini, West Ham terjebak di posisi ke-13 di tabel Liga Premier, dengan serangkaian hasil buruk yang semakin memperburuk posisi mereka.
Moyes Ingatkan: Butuh Waktu untuk Membangun Tim yang Sukses
Sebagai salah satu manajer yang pernah menghadapi tekanan serupa di Manchester United, Moyes memahami betul perasaan Lopetegui. Di tengah keadaan sulit ini, Moyes dengan bijak menyatakan bahwa tidak ada alasan untuk menekan seorang manajer dalam waktu yang singkat. Pandangan David Moyes mengenai cara yang kurang tepat dalam memberikan waktu evaluasi kepada seorang manajer. Ia berpendapat bahwa memberi batasan waktu seperti enam bulan atau setahun, untuk menilai kinerja seorang manajer tidaklah tepat, karena hal tersebut bisa menciptakan ketidakadilan dalam penilaian terhadap kinerjanya, menambahkan bahwa manajer harus diberikan kesempatan untuk mengimplementasikan rencananya.